Senin, 06 Februari 2017

Sejarah Bandung (18): Gemeente, 1 April 1906; Inilah Daftar Wali Kota Bandung Sebenarnya, Bertus Coops - Ridwan Kamil

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini

Kota Bandung dibentuk dan secara resmi berlaku pada tanggal 1 April 1906. Penetapan Kota Bandoeng sebagai kota (gemeente) adalah wujud dari kelanjutan proses desentralisasi. Dengan penetapan sebagai Gemeente, berarti kota Bandoeng di satu sisi dipisahkan dari Regentschap (kabupaten) Bandoeng dan di sisi lain Kota Bandoeng harus mampu mengelola sendiri kota (mandiri). Penetapan kota Bandoeng sebagai Gemeente bersamaan dengan sejumlah kota di Hindia Belanda.

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 03-03-1906: ‘Akta pemerintahan (Gouvernements besluiten) telah dikeluarkan yang akan berlaku pada tanggal 1 April untuk kota-kota Samarang, Bandoeng, Cheribon Tegal, Pekalongan, Magelang, dan Palembang. Terhadap pembentukan kota ini dialokasikan anggaran yang ditujukan dalam perbaikan dan renovasi bangunan kota dan bangunan yang baru’.

Dalam pembentukan Gemeente Bandoeng, tidak otomotis wali kota (burgemeester) diangkat sebagai pemimpin kota. Justru yang lebih dulu diangkat anggota dewan kota (gemeeteraad). Dalam hubungan ini sejumlah individu diangkat sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) baik dengan cara penunjukan maupun ‘pemilihan’. Anggota dewan (pada nantinya) akan mengawasi kerja walikota dan berlangsungnya pemerintahan. Dewan kota juga akan menetapkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku bagi kota. Foto Walikota Bandoeng pertama. Bertus Coops (1917-1920).

Rumah Wali Kota Harus Bangun Sendiri

Gemeente Bandoeng harus mampu mengelola sendiri. Pemerintah pusat (Gubernur Jenderal di Batavia) hanya mengalokasikan anggaran seadanyanya saja. Untuk membangun rumah walikota harus dibangun sendiri.  Untuk sementara rumah walikota harus menyewa. Karena untuk membangun rumah walikota tidak murah.

Ini berbeda sebelumnya dimana controleur, asisten residen dan residen sudah disediakan dibangun baru rumah dinas mereka. Rumah controleur ditempati pada tahun 1829, rumah asisten residen pada tahun 1848 dan rumah residen pada tahun 1971.

Sejak dibentuknya Gemeente Bandoeng dan diangkatnya Walikota (burgemeester) tahun 1917, walikota belum memiliki rumah (dinas) sendiri. Walikota selama ini hanya tinggal di rumah yang disewa, rumah seorang pengusaha. Pada tahun 1922 dewan kota (gemeenteraad) baru mampu memutuskannya. Foto Walikota Bandoeng Reitsma (1920-1921).

Bataviaasch nieuwsblad, 30-03-1922: ‘Untuk kehormatan dan penampilan luar Bandung adalah di hari-hari baik memutuskan pada pembangunan grand residence untuk walikota, meski dengan tingginya biaya konstruksi. Pembangunan rumah baru ini cukup menakutkan sebab ada konsekuensi keuangan bagi kota. Selama ini biaya sewa paling sedikit 1.400 gulden per bulan. Disamping itu, dalam bertugas, walikota terlalu jauh berada di luar pusat kota. Dr. Merz menyimpulkan bahwa situasi ini harus berakhir, sehingga diputuskan secara prinsip bahwa rumah walikota yang baru akan sesegera mungkin direalisasikan, kecuali jika biaya yang akan dikeluarkan terlalu banyak dan tidak mampu dipenuhi’.

Nama-Nama Wali Kota Bandoeng

Meski Gemeente Bandoeng sudah secara resmi diundangkan pada tanggal 1 April 1906, sesungguhnya walikota Bandoeng tidak dengan sendirinya diangkat. Selama persiapan pembentukan gemeete Bandoeng kepemimpinan tetap berada di tangan Romeo Alexis Maurenbrecher, Asisten Residen Kabupaten Bandoeng (sejak 1901). Asisten Residen inilah yang menyiapkan berbagai hal terkait dengan gemeente sebelum walikota diangkat. Jadi ada perbedaan waktu (lag) antara penetapan gemeente dengan pengangkatan walikota (burgermeester).

Dalam hal ini sebelum kedatangan burgermeester, asisten residen yang menyiapkannya. Hal ini juga berlaku dulunya sebelum kehadiran Asisten Residen yang menyiapkan adalah controleur dan pada berikutnya Asisten Residen menyiapkan sebelum kedatangan Residen yang ditunjuk/diangkat. Pengangkatan pejabat mulai dari Controleur, asisten residen, residen  hingga gubernur dilakukan di di Batavia, Civiel Departement yang kemudian di-SK-kan oleh Gubernur Jenderal.

Meski demikian adanya, anggota gemeenteraad justru sudah lebih dahulu terbentuk. Ini logis karena yang mengawasi (gemeenteraad) harus lebih dahulu ada dari yang diawasi (burgemeester). Yang menjadi ketua (De Voorzitter) dewan kota (gemeenteraad) adalah Asisten Residen sendiri, RA Maurenbrecher (De Preanger-bode, 16-09-1907).

Asisten Residen Bandoeng, RA Maurenbrecher akan pension terhitung tanggal 4 Desember (Soerabaijasch handelsblad, 19-10-1907). RA Maurenbrecher telah menjabat asisten residen Bandoeng sejak 1901. Sementara pada awal tahun 1908 anggota tertua gemeeteraad Bandoeng juga akan pension (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie. 22-10-1907). Untuk mengisi kekosongan Asisten Residen Bandoeng sementara (wd.) diangkat Hildering (De Preanger-bode, 27-01-1908) kemudian digantikan oleh GLH Kruijsboom sebagai Asisten Residen merangkap ketua gemeenteraad (De Preanger-bode, 27-06-1908) dan selanjutnya digantikan oleh JAA. van der Ent (lihat De Preanger-bode, 13-05-1909).

Tulisan-tulisan yang selama ini menganggap Maurenbrecher sebagai walikota Bandoeng pertama jelas keliru. Maurenbrecher dan J.A. van der Ent tetap berposisi sebagai Asisten Residen Bandoeng. Sementara, Kruijsboom juga disebut pernah menjabat walikota Bandoeng, tetapi kenyataanya tidak. GLH Kruijsboom adalah Asisten Residen Bandoeng.

Saat terjadi kekosongan posisi Residen Residen der Preanger Regentshappen, GLH Kruijsboom diangkat sebagai pejabat sementara (wd) (De Preanger-bode, 11-06-1909). GLH Kruijsboom dengan sendirinya menjadi Ketua Gewestelijken Raad der Preanger Regentschappen (De Preanger-bode, 23-09-1909), Untuk sementara posisi Asisten Residen dijabat oleh JAA. van der Ent (lihat De Preanger-bode, 13-05-1909). Kemudian GLH Kruijsboom kembali ke posisinya sebagai Asisten Residen Bandoeng (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-09-1909). JAA. van der Ent  kembali lagi menjadi Asisten Residen Bandoeng (De Preanger-bode, 14-04-1910). Kemudian kembali lagi GLH Kruijsboom sebagai asisten Residen Bandoeng sebelum dipindahkan ke Ngawi (lihat De Sumatra post, 01-12-1910). Pengganti GLH Kruijsboom sebagai asisten residen Bandoeng adalah JJ. Verwijk yang merangkap sebagai ketua gemeenteraad Bandoeng (De Preanger-bode, 27-12-1910). JJ. Verwijk kemudian di pindah ke Kedoe (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-02-1912).

Lantas kapan jabatan walikota (burgemeester) pertama di Kota (gemeente)  Bandoeng? Pengangkatan Walikota Bandoeng baru akan dilakukan pada tahun 1917 yang bersamaan dengan pengangkatan walikota Medan (lihat Algemeen Handelsblad, 12-11-1916). Lalu kemudian siapa yang akan menjadi walikota Bandoeng pertama? Yang pertama ditunjuk sebagai pejabat sementara adalah Bertus Coops (De Preanger-bode,   03-07-1917). Hal ini bermula dari permintaan para anggota dewan (gemeenteraad) agar Asisten Residen Bandoeng, Coops ditunjuk sebagai Walikota Bandoeng.

Bataviaasch nieuwsblad, 19-12-1916: ‘Walikota Bandung. Beberapa anggota dewan dari Bandung meminta kepada pemerintah sebagai walikota Bandung, Asisten Residen Coops dan insinyur dari BOW Cramer. Mereka dianjurkan hangat dalam permintaan. Bandoengsche Kiesvereeniging mendukung permintaan ini. Kami percaya bahwa mereka adalah pilihan yang lebih baik. Apa yang telah dilakukan Coops, sangat memberikan kepercayaan kepadanya untuk ditempatkan’.

Permintaan ini tampkanya dikabulkan pemerintah dengan mengangkat Coops sebagai pejabat sementara (wd) Walikota Bandoeng awal tahun 1917 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-04-1917). Coops menjadi walikota Bandoeng menjadi kenyataan (Bataviaasch nieuwsblad, 18-06-1917).

Dengan diangkatnya B. Coops sebagai walikota Bandoeng, maka, nama-nama yang disebut di dalam berbagai tulisan, sebelum diangkatnya walikota Bandoeng, Coops 1917 adalah nama-nama Asisten Residen Bandoeng (bukan nama walikota Bandoeng). Kota Bandoeng memiliki walikota definitif baru terjadi pada bulan April 1917.

Pada tahun 1920, B. Coops untuk sementara digantikan oleh SA Reitsma, Kepala Afd. Algemeené Zaken op het Hoofdbureau. B. Coops akan cuti ke Eropa namun tidak diketahui apakah akan kembali (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-05-1920). Ternyata Coops baliki dan Coops kembali menjadi walikota (De Sumatra post, 18-10-1921). Posisi walikota ini terus dijabat Bertus Coops hingga tahun 1928. Walikota yang baru yang menggantikan Coops adalah Wolzogen Kuehr setelah serah terima di dewan (De Sumatra post, 05-07-1928).

Pada tahun 1926 Walikota dalam pemerintahan sehari-hari dibantu oleh aldermen atau wethouder (anggota dewan kota tertua orang Eropa/Belanda). Wakil Walikota saat ini dijabat oleh Ir. H. Biezeveld (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 01-04-1931). Catatan: dalam berbagai tulisan, Biezeveld disebut walikota Bandoeng, tetapi kanyataannya tidak demikian. Biezeveld hanya pernah menjadi wakil walikota Bandoeng.

Ir. JEA von Wolzogen Kuehr berakhir masa jabatannya pada akhir tahun 1933 (De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 19-12-1933). Wolzogen Kuehr digantikan oleh ED Wermuth (De tribune : soc. dem. Weekblad, 11-01-1934). Namun ED Wermuth tidak lama dan digantikan oleh JM Wesselink yang akan dilantik pada tanggal 24 Mei 1934 (De Sumatra post, 04-05-1934). Wesselink adalah walikota Medan 1931-1934. JM Weeskink sendiri juga tidak lama atas permintaannya berhenti sebagai walikota (pension) dan lalu dikabulkan dan akan berakhir pada tanggal 30 November (De Indische courant, 26-10-1936). Calon pengganti JM Wesselink cukup banyak termasuk Wermuth (De Indische courant, 26-10-1936). Foto Walikota Bandoeng ED Wermuth (1934-1934).

Weeselink pamit ke anggota dewan pada pertemuan terakhirmya (Soerabaijasch handelsblad, 19-11-1936). Pengganti Wesselink adalah N Beets (Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 03-02-1937). Walikota baru, N Beet baru dilantik tanggal 5 April 1937 (De Sumatra post, 05-04-1937). N. Beets hingga datangnya pendudukan Jepang (1942).

Wali kota pribumi pertama di Bandoeng adalah R.A. Atmadinata. Sementara walikota pribumi pertama di Medan adalah Mr. Luat Siregar. Untuk sekadar tambahan, walikota pribumi pertama di Surabaya adalah Dr. Radjamin Nasoetion dan di Jakarta Raden Soewirjo. Keempat walikota ini ditetapkan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945) oleh pemerintah pusat. Mereka saat itu merupakan tokoh penting di masing-masing kota yang memiliki portofolio tertinggi dari tokoh lainnya. Keempatnya tidak lama menjabat karena situasi dan kondisi yang cepat berubah. Pasukan sekutu (NICA) yang dikuti militer Belanda menduduki kota Jakarta, Medan dan Surabaya (dan kemudian merangsek ke kota-kota lainnya seperti Bandoeng). Dari sisi pemerintahan RI, semua fungsi gubernur, residen dan walikota digantikan oleh Gubernur Militer RI (situasi perang Kemerdekaan). Catatan: Luat Siregar (lulus sekolah hukum di Leiden) dan Radjamin Nasoetion (lulus sekolah kedokteran STOVIA), keduanya lahir di afdeeling Padang Sidempuan. Foto walikota Bandoeng, N. Beets (1937-1942)

Dengan memperhatikan nama-nama Wali kota Bandung sejak era kolonial Belanda terdapat sebanyak 22 orang, sejak wali kota pertama Bertus Coops (1917). Wali kota terakhir (sekarang) adalah Ridwan Kamil (yang menjabat sejak 16 September 2013).


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar