Minggu, 26 Februari 2017

Sejarah Bandung (31): Gedung Merdeka, Eks Gedung Societeit Concordia; Lahirnya Sarikat-Sarikat Kebangsaan Indonesia

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini


Gedung Merdeka Bandung sungguh sangat terkenal. Di Gedung Merdeka ini diselenggarakan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Pemberian nama gedung dengan nama Gedung Merdeka dilakukan sebelum penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika yang juga disebut Konferensi Bandung 1955. Saat itu bangunan termewah di Bandung adalah Gedung Merdeka.

Societeit Bandung (foto) 1935.
Gedung Merdeka sendiri adalah hasil renovasi dari bangunan sebelumnya, Societeit Concordia. Jika mundur ke belakang, Gedung Societeit Concordia yang sebelumnya menghadap ke Braga weg, pada tahun 1920 diperluas dengan membentuk gedung utama tetapi menghadap ke Groote post weg. Gedung Societeit Concordia yang menghadap ke Braga weg dibangun tahun 1895. Bangunan ini dibuat baru untuk menggantikan bangunan societeit lama yang dibangun tahun 1870.

Gedung Merdeka menjadi tempat pertemuan (konferensi) para pemimpin dunia dari negara-negara yang baru merdeka di Asia dan Afrika. Oleh karenanya Gedung Merdeka dapat dikatakan sebagai simbol gedung pertemuan para pemimpin dunia. Gedung Merdeka sendiri adalah eks gedung Societeit Concordia, suatu klub sosial orang-orang Eropa/Belanda yang diberi nama Concordia.  

Asal Usul Societeit di Bandoeng

Java-bode, 29-05-1867
Pada tahun 1860an, para Bupati dan pejabat-pejabat tinggi di Preanger mulai menggemari lomba pacuan kuda. Perlombaan ini disebut Bandoengsche Regent-Beker (Piala Bupati Bandung). Para Bupati (Bandoeng, Tjiandjoer, Sumedang dan Garoet) ikut serta dalam perlombaan ini plus pengusaha-pengusaha perkebunan. Kuda yang digunakan adalah kuda-kuda terbaik dengan harga dan pemeliharaan yang mahal serta dengan joki yang terlatih.  Perhelatan ini cukup heboh dan diketahui di seluruh Hindia Belanda (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-05-1867). Para peminat kuda pacuan ini disebut Preanger Wedloopen Societeit.

Perlombaan pacuan kuda ini diadakan di lapangan yang berada di belakang istana Bupati Bandoeng yang kemudian disebut Tegallega Race. Kuda-kuda ini didatangkan dari berbagai tempat seperti Persia, Arab dan Tapanoeli. Para Bupati dan pejabat tinggi di Preanger mampu membeli dan merawatnya karena para Bupati memiliki gaji yang tinggi-tinggi (sebagai pelaksana di lapangan koffiestelsel). Para peminat kuda pacuan ini disebut Preanger Wedloopen Societeit (Bataviaasch handelsblad, 17-07-1867).

Preanger Wedloopen Societeit adalah cikal bakal munculnya klub-klub social di Bandoeng maupun di Buitenzorg. Dengan semakin banyaknya orang-orang Eropa/Belanda di Bandoeng, maka terbentuklah societeit (klub social) di Bandoeng. Societeit adalah klub social yang bertujuan social untuk menyelenggarakan kegiatan untuk membantu pemerintah di bidang social. Klub social societeit ini juga menyelenggarakan bentuk-bentuk hiburan bagi keluarga dalam bentuk pagelaran musik, olahraga dan sebagainya. Lambat-laun societeit ini membangun gedung sendiri, berdasarkan iuran atau sumbangan dari anggota. Gedung societeit itu juga menjadi tempat pertemuan-pertemuan social bahkan juga tempat pesta-pesta dilakukan seperti pesta perkawinan. Gedung societeit yang dilengkapi dengan kantin atau café menjadi pusat social terpenting saat itu.

Klub social, societeit umumnya diprakarsai oleh tokoh penting pensiunan militer yang kembali ke masyarakat. Kebiasaan di tangsi atau garnisun militer atau klinik/rumah sakit militer yang memiliki kantin dan ruang pertemuan seakan timbul kembali ketika mereka memulai bermasyarakat kembali. Kantin-kantin militer sangat terkenal. Area di sekitar kantin, esk tangsi atau garnisun militer dinamai penduduk sebagai kampong kantin, seperti di Buitenzorg disebut Lebak Kantin dan di Padang Sidempuan disebut Kampong Kantin.    

Societeit di Bandoeng muncul seiring dengan bermunculannya societeit di kota-kota lain seperti Batavia, Medan, Soerabaja, Malang, Singapoera dan Penang. Dalam perkembangannya klub-klub social orang-orang Eropa ini mekar, tidak hanya satu, tetapi menjadi dua atau tiga. Di Batavia ada empat klub, di Medan ada dua klub, di Bandoeng sejauh yang dapat ditelusuri hanya satu klub. Di Batavia klub sosial terkenal adalah Societeit Harmoni (asal muasal prapatan Harmoni). Klub social di kalangan militer di Batavia disebut Societeit Concordia. Di Medan klub social awalnya adalah De Witte Societeit yang digagas seorang pensiunan militer dan kemudian bertambah satu buah. Di Bandoeng, societeit mengambil nama klub social militer di Batavia yakni Concordia.

Societeit Concordia Bandoeng

Societeit Bandung (foto) 1880
Klub social, societeit Bandoeng bernama Concordia terus berkembang. Societeit Concordia Bandoeng telah berhasil membangun gedung sendiri yang mengambil lokasi di aloon-aloon kota Bandoeng. Gedung societeit itu berada diantara kantor Controleur dengan istana Bupati Bandoeng. Posisi GPSnya sebagai berikut: Gedung Societeit Concordia Bandoeng berada persis di hook antara jalan pos trans-Java (kelak menjadi Groote pos weg) dengan jalan akses menuju ke rumah Asisten Residen Bandoeng (kelak menjadi Braga weg). Gedung societeit Bandoeng ini dibuat permanen.

De locomotief:, 05-07-1879
Pada tahun 1879 statuta Societeit Concordia Bandoeng mendapat pengesahan dari pemerintah (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 05-07-1879). Statuta Concordia Bandoeng disahkan bersamaan dengan statuta Societeit Rcordo Bondowoso dan Societeit Heeringing Telok Betong. Statuta adalah Anggaran Dasar organisasi dimana tujuan organisasi disebutkan, nama dan tempat. Statuta ini wajib diketahui pemerintah dan harus mendapatkan pengesahan untuk dasar izin kegiatan. Hal ini juga berlaku untuk perusahaan (NV) harus dengan beslit dari pemerintah.

Societeit Concordia Bandoeng terus berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan Kota Bandung. Kegiatan Preanger Wedloopen Societeit juga terus eksis. Di Batavia, kegiatan-kegiatan Societeit Harmoni dan juga Societeit Concordio semakin beragam. Hal yang sama juga terjadi di Societeit di Buitenzorg. Societeit Concordia Bandoeng menyelenggarakan suatu fiesta yang meriah.

Gedung Societeit Concordia, Bandoeng (Anno 1895)
Pesta yang meriah di Bandoeng tersebut sehubungan dengan selesainya jalur kereta api Batavia-Bandoeng via Buitenzorg, Soekabomei dan Tjiandjoer. Perayaan ini diselenggarakan Societeit Concordia di Gedung Teater Braga yang dihadiri oleh para undangan dan penduduk. Pesta diiringi oleh music Bnitenzorgsche dan Italia Terzettosch. Dalam sambutannya, Residen menucapkan terimakasih kepada staf dan para insinyur kereta api dan juga kepada penduduk yang turut membantu. Namun para pemimpin local tidak ada yang hadir dalam perayaan ini. Perayaan itu dilangsung hari Sabtu kemarin (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 24-05-1884).

Setelah sekian tahun, gedung Societeit Concordia tidak mampu lagi menampung para anggotanya dan bangunannya juga sudah mulai kumuh dan ketinggalan jaman. Pengurus memandang perlu untuk membangun gedung baru dengan mengganti gedung lama. Gedung baru Societeit Concordia selesai pada tahun 1895. Gedung ini sangat mewah.

Societeit Concordia Bandoeng (foto) 1930
Pada tahun 1926, gedung Societeit Concordia mengalami perubahan mendasar dan memperluas bangunan yakni dengan membangun gedung utama yang menghadap ke Groote post weg. Ini dengan sendiri gedung Societeit Concordia memulai babak baru dengan menghadap ke jalan raya besar Goote post weg, sementara gedung lama yang menghadap ke Braga weg akan difungsikan sebagai ruang umum, seperti café, restoran dan fungsi lainnya. Gedung utama ini memiliki pintu gerbang utama yang di dalamnya tersedia kantor, ruang besar dan lainnya..

Societeit Concordia Bandoeng (foto) 1935.
Sejak itu Societeit Concordia telah memiliki gedung yang representatif sesuai perkembangan jaman. Gedung Societeit Concordia Bandoeng sudah nyaris menyamai kemewahan gedung Societeit Concordia di Weltevreden dan gedung Societeit Harmoni di Batavia. Dalam perkembangan berikutnya, gedung Societeit Concordia Bandoeng hanya mengalami renovasi-renovasi kecil agar tempak lebih cantik.

Gedung Societeit Concordia Menjadi Gedung Merdeka

Sebagaimana diketahui, tempat Konferensi Bandoeng (Konferensi Asia Afrika) yang diadakan April 1955 adalah Gedung Merdeka yang merupakan renovasi yang dilakukan terhadap gedung Societetit Concordia sebelum konferensi. Namanya juga telah diubah menjadi Gedung Merdeka.

Gedung Konferensi Asia Afrika April 1955
Selama renovasi dan penyelenggaraan konferensi para anggota Societeit Concordia Bandoeng tidak memilik tempat. Kegiatan mereka menjadi vakum. Apalagi setelah usai konferensi pemerintah melalui Gubernur Jawa Barat, R. Sanusi Hardjadinata akan melakukan negosiasi dan membeli gedung tersebut. Para anggota tampaknya tidak keberatan tetapi para anggota membutuhkan tempat segera. Gubernur mendelegasikan kepada Wali Kota Enoch untuk pengambilalihan dan harga pembelian. Pemerintah coba menawarkan suatu lahan di Bandung Utara untuk gedung yang baru, namun hal itu menjadi sulit karena butuh waktu lama sementara para anggota Societeit Concordia butuh segera. Solusinya, sambil membangun gedung baru para anggota dapat menggunakan sebagian ruangan Gedung Merdeka. Gubernur Sanusi meyakinkan pengurus Societeit Concordia akan ditemukan solusi tanpa mengabaikan aspirasi pengurus dan anggota Societeit Concordia Bandung (lihat Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 03-05-1955).

Saat konferensi (Het nieuwsblad voor Sumatra, 22-04-1955
Akhirnya Gedung Merdeka menjadi milik pemerintah Republik Indonesia. Untuk lebih menjaga perawatan gedung yang besejarah tersebut pemerintah pusat menghibahkan  bagian depan gedung kepada pemerintah Jawa Barat/Wali Kota Bandung. Namun pemerintah pusat tetap mempertahankan kepemilikan untuk bagian-bagian lainnya dari kompleks Gedung Merdeka ini. Saat Konferensi (Het nieuwsblad voor Sumatra,    22-04-1955).  
Gedung Merdeka telah menambah gedung pemerintah yang menggunakan nama Merdeka. Sebelumnya eks Gedung Gubernur Jenderal di Konings Plein Jakarta sudah diberi nama Istana Merdeka tempat Presiden Soekarno. Untuk Istana Merdeka tidak ada negosiasi kepemilikan gedung, karena Istana Merdeka adalah bagian dari hasil perjuangan Indonesia merebut kemerdekaan dari (pemerintah) Belanda.
Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar