Senin, 05 Juni 2017

Sejarah Bogor (5): Potret Warga Buitenzorg Tempo Doeloe; Membandingkan Raut Muka dengan Wajah Kita Warga Bogor Masa Kini

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Warga Buitenzorg, siapapun mereka, mari kita coba tengok mereka yang hidup pada satu abad yang lalu. Beberapa potret (foto/lukisan) yang berhasil ditemukan dibuang sayang. Padahal raut muka mereka dapat dibandingkan dengan wajah kita pada masa kini. Dengan demikian potret mereka masih berguna bagi kita.

Wajah wanita Bogor 1868
Mereka yang hidup di Buitenzorg pada satu abad yang lalu bagiakan hidup di surga. Hawa yang sejuk, view sekitar yang alami dan indah, air yang jernih dan menyegarkan tubuh bila mandi. Beras, sayur-sayuran dan hewan ternak yang tidak terkontaminasi racun dalam bahan makanan menjadi sehari-hari mereka. Mata mereka akrab dengan alam, gelap di malam hari, terang di siang hari. Bandingkan dengan kita warga Bogor yang sekarang, kecoa dimana-mana, tikus got juga dimana-mana, air got begitu bau bahkan air kali Ciliwung begitu buruk. Daun-daunan tidak sehijau dulu, air hujan sudah disertai logal berat, panas yang kita rasakan bukan lagi panas matahari tetapi panas polusi. Suara bising 24 jam, makanan dan minuman yang tidak sehat. Pertarungan social yang makin rumit, persahabatan antar tetangga yang sudah lama hilang dan mimpi-mimpi kita yang makin jauh dari harapan. Semua perbedaan itu, apakah membedakan raut muka mereka dengan wajah kita sekarang?

Mereka yang hidup satu abad yang lalu di Buiteanzorg terkesan lebih alami, lebih ayu, lebih bersinar dan lebih tenang dan tidak tergesa-gesa. Foto berikut menggambarkan seorang wanita Buitenzorg yang lebih muda yang dibuat pada tahun 1875 sesuai judul: Portret van een jonge vrouw te Bogor oleh Woodbury & Page / Java, 1875. Wajah wanita muda ini tampak lebih dewasa, bersemangat dan optimis meski usianya masih muda belia. Berbeda dengan wajah tempo doeloe, raut muka kita yang hidup sekarang tampak lebih pucat, sendu, dan pesimis. Lantas apakah kualitas kita telah jauh menurun seiring dengan menurunnya kualitas alam dimana kita hidup sekarang?

Wajah wanita Bogor, 1875
Untuk sekadar diketahui Woodbury & Page adalah nama studio foto yang galerinya berada di Batavia tetapi melakukan tour foto ke berbagai penjuru di Hindia Belanda hingga yang terjauh ke Tapanoeli. Mr. Woodbury dan Mr. Page telah banyak memberi kontribusi tentang perekaman raut muka nenek moyang kita yang masih bisa kita pandang pada masa ini. Teknologi foto di Hindia Belanda baru muncul sekitar pertengahan  tahun 1850. Teknologi foto telah menggantikan metode lukisan. Teknik foto lebih andal dalam pemotretan wajah. Namun demikian lukisan masih tetap digunakan untuk memperbaiki gambaran wajah..

Foto Istri Raden Saleh di Bogor, 1867
Wajah wanita Bogor lainnya yang masih bisa ditemukan pada masa ini adalah istri dari pelukis terkenal Raden Saleh Sarif Bustaman atau sering disebut saja Raden. Wanita Bogor tersebut bernama Raden Ajoe Danoediredja yang fotonya dibuat tahun 1867.

Raden Saleh adalah pelukis hebat yang masa hidup 1814-1880 pernah tinggal di Bogor. Raden Saleh selain banyak melukis alam, juga melukis keluarga-keluarga pejabat Belanda. Karya-karya lukisannya tentang foto keluarga/foto wajah seakan telah mendahului teknologi foto sendiri. Berdasarkan foto batu nisa 1935, Raden Saleh meninggal 23 April 1880 dimakamkam di desa Bondongan, Bogor.

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar:

  1. Foto wajah wanita Bogor 1868 diatas adalah Isteri RA. Mangkoewidjaja (Hoofd Demang Buitenzorg, 27 Juni 1865-30 Maret 1870). RA. Mangkoewidjaja adalah Putra RA Soetawidjaja Cucu Abu Nashr Muhammad Abdul Kahar/Sultan Banten Ke 7 (1683-1687)

    BalasHapus