Sabtu, 15 Juli 2017

Sejarah Kota Depok (11): Asal Usul 'Jembatan Panus' yang Sebenarnya, Ini Faktanya; Masih Eksis Sekarang

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Hingga tahun 1900 belum ada jalan yang menghubungkan antara Depok dengan Tjimanggis. Jalan yang sudah terbentuk dari Tjimanggis baru sampau ke Depok Ketjil (kira-kira kantor Pos Depok). Jalur yang menghubungkan Depok (besar) dengan Depok Kecil adalah jalan setapak yang di atas sungai Tjiliwong terdapat jembatan bamboo. Posisi ‘gps’ jembatan bambu tersebut berada di Jembatan Panus yang sekarang.

Peta, 1901
Sementara itu jalan yang sudah eksis adalah jalan yang menghubungkan Batavia-Buitenzorg via Depok melalui Ratoe Djaja dan Pondok Terong di hulu dan Pondok Tjina dan Srengseng di hilir. Rute jalan ini sudah terbentuk sebelum tahun 1835 (yang merupakan pengembangan jalan setapak (jalan kuda) yang diduga sudah ada sejak jaman kuno (era Padjadjaran). Peningkatan jalan kuno ini seiring dengan pembangunan irigasi dari Buitenzorg hingga mencapai Land Depok. Selanjutnya pada tahun 1873 jalur kereta api Batavia-Buitenzorg via Depok mulai dioperasikan. Rute jalan yang paralel jalur kereta api Batavia-Buitenzorg via Depok untuk ruas Pasar Minggoe-Tjitajam lihat artikel dalam blog ini

Ini mengindikasikan bahwa pada tahun 1900 antara jalan pos trans-Java ruas Batavia-Buitenzorg via Tjimanggies dengan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg via Depok belum terhubung sepenuhnya (yang dihubungkan oleh jalan yang bisa digunakan kereta kuda atau pedati). Dengan kata lain moda transportasi di sisi timur maupun di sisi barat sungai Tjiliwong berkembang sendiri-sendiri.

Pembangunan Jembatan Depok-Cimanggis

Setelah lebih dari dua abad sejak kehadiran Cornelis Chastelein tidak ada jembatan yang dibangun di atas sungai Tjiliwong selain jembatan yang berada di Meester Cornelis (Batavia) dan jembatan yang berada di Buitenzorg (jembatan Warung Jambu yang sekarang).

Jembatan Buitenzorg dibangun pada tahun 1745 bersamaan dengan pembangunan villa Gubernur Jenderal (kelak menjadi istana Buitenzorg) lalu dibangun kembali tahun 1834 pasca gempa. Sedangkan jembatan Meester Cornelis (jembatan di jalan Slamet Riyadi di Manggarai yang sekarang) dibangun tahun 1868 bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api ruas Batavia-Meester Cornelis.

De Preanger-bode, 21-05-1917
Jembatan yang pertama dibangun di atas sungai Tjiliwong diantara Buitenzorg dan Meester Cornelis baru terjadi tahun 1917. Jembatan tersebut berada di Depok. Jembatan baru ini akan menggantikan jembatan bambu yang selama ini digunakan penduduk. Ini menandakan babak baru interaksi penduduk di sisi barat dan sisi timur sungai Tjiliwong di Land Depok dan sekitarnya.

Jembatan ini dibuat baru dari beton yang akan menghubungkan (land) Depok dengan (land) Tjimanggis. Konstruksi jembatan baru ini dibuat dengan konstruksi lengkung dengan tiga benteng 15 meter. Jembatan ini memakan biaya sebesar f35.600 (De Preanger-bode, 21-05-1917). Jembatan Depok yang menggunakan konstruksi lengkung, mirip Jembatan Merah di Buitenzorg (yang dibangun tahun 1855).

Jalan lama vs Jalan baru (Peta 1938)
Peran partisipasi penduduk untuk membuka jalan akses Depok ke Cimanggis ini adalah membangun jalan secara swadaya dari jembatan yang baru ke ujung jalan Tjimanggis yang berada di jalan Sentosa Raya yang sekarang (Depok Tengah). Pembangunan jembatan ini sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah. Pembangunan jembatan ini selesai tahun 1919. Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktur Tenaga Kerja Regional (directeur der Gewestelijke Werken) Batavia, OJH Koen ketika melaporkan berbagai kegiatan fisik di dewan  kota (gemeenteraad) Batavia. OJH Koen mengatakan bahwa tanggal 23 Oktober 1919 jembatan Depok-Tjimanggis dianggap telah selesai (Bataviaasch nieuwsblad, 23-12-1919).

Jalan rintisan penduduk Depok ini kemudian ditingkatkan pada tahun 1921. Penigkatan jalan ini dirangkaikan dengan pembukaan akses jalan lurus menuju jalan trans-Java di Tjimanggis. Jalur lama selama ini mengikuti jalan lama yang berbelok ke arah utara ke jalan pos trans Java.  Untuk peningkatan jalan akses ini pemerintah membantu sebesar f7.926. Jalur baru inilah yang digunakan sebagai jalur utama antara Depok dengan Cimanggis hingga masa ini.

De Preanger-bode, 03-11-1921
Pada tahun 1921 pemerintah mengalokasikan dana untuk penyeleaian lebih lanjut jalan yang sudah dirintis oleh Gemeente Depok yakni jalan yang menghubungkan dari Depok ke Tjimanggies. Besarnya dana bantuan pemerintah tersebut sebesar f7.926 (lihat De Preanger-bode, 03-11-1921). Untuk merawat jalan antara Depok ke Tjimanggis tersebut dialokasikan biaya pemeliharaan rutin (De Preanger-bode, 14-08-1922).

Jembatan di Depok di atas sungai Tjiliwong ini kelak disebut penduduk sekitar sebagai Jembatan Panus. Tidak diketahui jelas mengapa jembatan ini disebut demikian. Fungsi jembatan ini kini sudah digantikan dengan jembatan baru yang dibangun berada di dekatnya. Situs jembatan Panus, jembatan pertama yang dibangun di Kota Depok (1917) itu hingga kini masih dapat dilihat. Pada kaki jembatan ini dijadikan sebagai penanda ketinggian air sungai Ciliwung.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar