Kamis, 10 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (36): Seputar Perang Kemerdekaan di Indonesia (1945-1949); Perang Kemerdekaan Bermula di Depok?

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Peristiwa berdarah di Depok pada tanggal 11 Oktober 1945 boleh dikatakan bersisi dua. Di satu sisi kerusuhan yang terjadi di Depok dapat disebut perang saudara, Dari sudut pandang nasional dapat dikatakan sebagai revolusi sosial, sementara dari sudut pandang warga Depok (Depokker) sendiri sebagai penyerangan yang dilakukan kelompok tertentu (rampokker). Dari sisi lain, kerusuhan di Depok dapat dianggap sebagai bagian dari (permulaan) perang kemerdekaan. Permulaan perang kemerdekaan ditandai dengan kedatangan pasukan sekutu Inggris yang memasuki wilayah Indonesia untuk alasan membebaskan tawanan Belanda dan melucuti (senjata, seragam dan atribut) tentara Jepang.

Anak-anak di Depok, 1939
Pada tanggal 8 September 1945 utusan sekutu yang dipimpin Inggris datang ke Djakarta. Utusan ini datang setelah sebelumnya Soekarno menemui pimpinan sekutu di Singapoera (De patriot, 18-10-1945). Kemudian tanggal 29 September 1945 pasukan sekutu Inggris telah merapat di pelabuhan Tandjong Priok. Pasukan sekutu Inggris berikutnya memasuki wilayah Indonesia mendarat di Padang pada tanggal 13 Oktober 1945 pasukan sekutu Inggris mendarat di Padang dan Medan.

Awalnya pasukan sekutu untuk mengamankan tawanan perang yang selama ini dikurung oleh militer Jepang. Namun di tengah jalan Belanda (NICA) ikut di belakang memunculkan reaksi keras dari Indonesia. Kehadiran sekutu (Inggris) menjadi hambar apalagi NICA telah mengkonsolidasikan eks KNIL.

Dilaporkan untuk keberangkatan sebanyak 2.500 tentara Belanda (mantan tahanan perang) dari Bangkok ke Jawa beberapa hari ditunda karena kesulitan transportasi. Mereka saat ini berlatih di sekitar Bangkok dan dipersenjatai. Sementara itu sebanyak 5.000 Belanda yang juga merupakan tawanan perang Jepang di Singapura dipersenjatai dan akan dikirim ke Indonesia (lihat De patriot, 18-10-1945).

Sementara itu, perangkat pemerintahan belum terbentuk. Yang baru diputuskan pada sidang PPKI beberapa hari setelah Proklamasi Kemerdekaan baru Presiden (Soekarno) dan Wakil Presiden (M, Hatta) saja. Oleh karena begitu ngototnya Inggris untuk memasuki Indonesia, berbagai hal energi terkuras untuk merespon Inggris. Akibatnya Presiden Soekarno tidak ada kesempatan untuk membentuk kabinet. Kabinet (pertama) sendiri baru terbentuk pada tanggal 13 Oktober 1945 dengan daftar sebagai berikut (lihat Keesings historisch archief: 14-10-1945):

Raden Adipati Aria Wiranata Koesoema (Binnenlandsche Zaken); Mr. Achmad Soebardjo (Buitenlandsche Zaken); Prof. Mr. Raden Soepomo (Justitie);  Ir. Soerachman (Maatschappelijk werk); Ki Hadjar Dewantoro (Onderwijs); Dr. Samsi (Financien); Dr. Boentaran Martoatmodjo (Volksgezondheid); Mr. Iwa Koessoema Soemantri (Sociale Zaken); Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (Voorlichting); Abikoesno Tjokrosoejoso (Verbindingen); Selain itu nama menteri negara adalah sebagai berikut: Dr. Amir, Wachid Hasjim, Mr. Raden Mas Sartono, Mr. Maramis en Otto Iskondar Dinata (zonder portefeuille).

Dengan terbentuknya kabinet RI pertama ini, paling tidak Soekarno dan Hatta tidak sendiri lagi, sudah ada pembantu Presiden dan Wakil Presiden. Dengan kata lain sudah ada tim (kabinet) yang membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam merumuskan dan menjalankan berbagai kebijakan dan program. Namun dari daftar kabinet ini sungguh sangat tidak ideal apalagi pada saat yang bersamaan harus menghadapi sekutu yang dipimpin Inggris (apalagi dibelakangnya menguntit Belanda/NICA/KNIL yang ingin menguasai kembali Indonesia).

Disebut tidak ideal karena dalam susunan kabinet ini tidak ada Menteri Pertahanan (yang ahli dalam pertahanan negara), yang ada hanyalah Menteri Keamanan Rakyat. Ini menunjukkan belum ada Panglima karena memang belum ada tentara. Karena itu, ketika pasukan sekutu dibawah pimpinan Inggris yang juga di belakangnya Belanda telah mengkonsolidasikan tentara profesional (sebelum pendudukan Jepang) tampak lebih leluasa melakukan pergerakan militer dan munuver di berbagai tempat, seperti yang terjadi di area antara Djakarta-Buitenzorg. Pergerakan pasukan Inggris inilah yang ‘secara tidak sengaja’ menemukan tawanan wanita dan anak-anak di Depok dan membebaskan sandera laki-laki di penjara Paledang, Buitenzorg. Dalam hal ini Warga Depok (Depokker) segera tertolong pasca kerusuhan Depok tanggal 11 Oktober 1845. Sementara itu, Menteri Keamanan Rakyat baru diangkat tanggal 13 Oktober 1945 sehingga belum ada yang memimpin tugas keamanan rakyat. Akibatnya yang muncul berbagai kelompok di tengah masyarakat yang mengatasnamakan dirinya sendiri (terutama setelah tidak brfungsinya militer Jepang). Salah satu atau beberapa kelompok yang bergerak di Depok itulah yang diduga melakukan aksi kerusuhan di Depok yang menyebabkan banyak korban meninggal dan luka. Aksi penawanan wanita dan anak-anak dan penyanderaan laki-laki bersar kemungkinan terkait dengan kedatangan pasukan asing (Sekutu/Inggris) memasuki wilayah Indonesia. Sebagaimana diketahui, Depokker berafiliasi dengan asing (Belanda). Oleh karenanya kerusuhan di Depok tidak berdiri sendiri. Apalagi di penjara Paledang sudah terdapat 1500 tahanan Eropa/Belanda terlebih dahulu sebelum sandera laki-laki dari Depok ikut dijebloskan dalam penjara (lihat Friesch dagblad, 24-10-1945).

Pasukan Inggris Menduduki  Buitenzorg, Penyelidikan Kerusuhan di Depok

Kerusuhan di Depok (11 Oktober 1945) awalnya tidak dalam konteks perang. Namun karena Inggris yang sudah melakukan aksinya yang Belanda menyusul di belakangnya, maka situasi berubah cepat dimana laki-laki dari Depok dipisahkan dan diangkut oleh nasionalis ke Buitenzorg sebagai sandera.

Pasukan Inggris yang datang ke Buitenzorg tanggal 15 Oktober 1945 untuk tujuan pelucutan tentara Jepang juga melakukan pembebasan terhadap tahanan tawanan Eropa/Belanda dan sandera dari berbagai tempat di Buitenzorg termasuk dari Depok.

Pada hari yang sama ketika pasukan Inggris menuju Buitenzrog, bergerak satu detasemen pasukan Inggris untuk mengawal tiga wartawan untuk menyelidiki adanya rumor bahwa di Depok telah terjadi kerusuhan yang menyebabkan sejumlah orang Eropa/Belanda/Indo terbunuh. Pasukan ini menemukan tawanan wanita dan anak-anak di Depok dan lalu membebaskannya. Rumor yang menjadi dasar wartawan melakukan penyelidikan ke Depok terbukti adanya.

Tawanan wanita dan anak-anak ini sebagaimana dilaporkan surat kabar Telex pada tanggal 16 Oktober 1945 sesudah empat hari tawanan ini kemudian dibawa ke Buitenzorg untuk dipersatukan dengan sandera laki-laki yang telah dibebaskan di Buitenzrog. Dalam proses evakuasi tawanan wanita dan anak-anak ini, pasukan nasionalis dari yang bersemubunyi di balik pohon-pohon sepanjang perjalanan menembaki truk pengakut dengan senapan mesin. Seorang anak meninggal akibat luka tertembak, sebagaimana dilaporkan Aneta yang dilansir berbagai surat kabar seperti Bredasche courant, 19-10-1945.

Robert Kiek, wartawan ANP/Aneta dalam hal ini menjadi ‘penyelamat’ tawanan wanita dan anak-anak ini karena inisiatifnya untuk menyelidiki rumor adanya kerusuhan di Depok yang menewaskan sejumlah orang Eropa/Belanda. Dalam penyelidikan ini Robert Kiek dan dua koresponden lainnya di kawal satu detasemen pasukan Inggris. Dalam penyelidikan inilah ditemukan adanya tawanan wanita dan anak-anak tersebut yang kemudian dibebaskan. Dari penyelidikan muncul pembebasan.

Permulaan Perang di Buitenzorg

Tanda-tanda perang kemerdekaaan ini sudah mulai terlihat. Ini dimulai pada tanggal 16 Oktober 1945 yang mana pasukan Belanda telah mengambil kendali lapangan terbang Tjililitan dan pasukan tambahan telah dikirim untuk memperkuatnya. Pada tangga 17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan nasionalis. Dua pasukan Belanda ditembak nasionalis dari atas pohon dengan senapan mesin (De patriot, 18-10-1945). Inilah kontak pertama nasionalis dengan (pasukan) Belanda/NICA.

Pasukan sekutu Inggris pada tanggal 20 Oktober 1945 mendarat di Semarang dan pada tanggal 25 Oktober 1945 di Surabaya. Lalu pada tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Surabaya. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan perdamaian. Pemimpin Sekutu di Soerabaya meminta pemimpin Indonesia (Soekarno) untuk mengadakan gencatan senjata di Surabaya. Soekarno dan Amir Sjarifoeddin ke Soerabaja.

Adanya kerusuhan di Depok yang menewaskan sedikitnya 15 orang Eropa/Indo boleh jadi telah memicu emosi pasukan Belanda yang sudah mulai melakukan aksinya di lapangan terbang Tjililitan. Berita kerusuhan di Depok secepat angin menyebar di Belanda dan Suriname. Namun kerusuhan di Depok tidak terlalu menyebar di kalangan nasionalis, karena media pribumi yang terbit kembali mungkin masih terbatas dan radio yang mulai diambil alih belum memiliki wartawan ke berbagai pelosok. Kerusuhan di Depok di kalangan nasionalis di berbagai tempat luput dari perhatian (dan mungkin dianggap berita kecil dan tidak menganggap penting), sementara kerusuhan di Depok di kalangan Belanda adalah berita besar.

Berita kerusuhan ini begitu heboh. Karena kerusuhan Depok ini merupakan kerusuhan pertama yang terjadi saat mana pasukan Inggris sudah berada di Indonesia (Djakarta, Medan dan Buitenzorg). Sejumlah surat kabar telah melansir laporan korespondensi ANP/Aneta tersebut pada tanggal 16 Oktober 1945, seperti: Telex, Helmondsche courant, Algemeen Handelsblad, Friesch dagblad, De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad dan De waarheid. Selain koran-koran ini melengkapi beritanya pada keesokan harinya (17 Oktober) juga dilansir surat kabar    Provinciale Drentsche en Asser courant, Het parool, De nieuwe Nederlander, Helmondsch dagblad, Leeuwarder koerier,  Bredasche courant, Amigoe di Curacao dan Limburgsch dagblad. Pemberitaan kerusuhan Depok ini begitu luas, mulai dari Batavia, Nederlands hingga Suriname.

Dari hari ke hari, tanda-tanda suhu perang semakin menguat. Presiden Soekarno dalam dilema. Sebagian menginginkan dengan jalan tertib dan damai dan sebagian yang lain (terutama dari kalangan pemuda) menginginkan perang. Radio Bandoeng yang dilansir surat kabar berbahasa Belanda melaporkan bahwa Markas Barisan Rakjat tidak bisa menerimanya dan Soekarno harus disalahkan (Provinciale Drentsche en Asser courant, 17-10-1945). Perang akan membawa banyak korban.

Barisan pemuda yang terus mendesak untuk perang dengan Belanda/Inggris. Pemerintah masih berpikir keras dan lebih memilih untuk berdialog (berunding dengan jalan damai). Dalam konteks desakan pemuda di berbagai tempat, gerakan pemuda dalam peristiwa kerusuhan di Depok boleh jadi sudah ‘mencuri start’ dalam perang (mempertahankan kemerdekaan) itu sendiri. Hal ini karena para nasionalis dari golongan muda telah menyandera para pria Depok dan membawanya ke Buitenzorg. Dengan demikian, kerusuhan di Depok bersisi dua: revolusi sosial di satu sisi (internal) dan perang (mempertahankan) kemerdekaan di sisi lain. Sekali lagi, dengan kata lain, kerusuhan di Depok tidak berdiri sendiri. Selain terungkap dalam kerusuhan itu perang suci juga ada indikasi keterlibatan anggota keamanan (yang menjaga tahanan di penjara Paledang) dalam kerusuhan di Depok seperti yang disampaikan dua tahanan yang berhasil melarikan diri sebagaimana dilaporkan surat kabar Telex edisi 22-10-1945

Pasukan Belanda (NICA) terus melakukan konsolidasi dan pasukan dari waktu ke waktu terus mengalir. Belanda semakin bernafsu untuk kembali ke Indonesia (negara yang pernah menjadi jajahannya beberapa abad lamanya). Pasukan sekutu Inggris yang tujuan utama untuk membebaskan tawanan Eropa/Belanda dan melucuti tentara Jepang namun dinamika  politik yang terus berlangsung (antara negara Inggris dan negara Belanda) menjadi dalam posisi dilematis. Oleh karena itu muncul tuntutan dari (pemerintah) Indonesia yang disampaikan kepada komandan sekutu Inggris. Tuntutan itu adalah sebagai berikut (Leeuwarder koerier, 20-10-1945):

1.      Tidak ada pasukan Belanda di Indonesia dapat dimasukkan ke darat.
2.      Semua pasukan Belanda meninggalkan Indonesia.
3.      NICA harus tetap keluar dari layanan.
4.     Pemerintah sekarang harus diakui sampai masalah ditinjau oleh ‘otoritas dunia’ yang kompeten.
5.    Pendudukan tentara sekutu tentara harus dibatasi untuk urusan yang terkait dengan semua tawanan perang dan melucuti tentara Jepang.  

Semua tuntutan itu dalam kenyataannya tidak digubris baik oleh Inggris maupun Belanda. Tampaknya Belanda merasa percaya diri untuk mengambil peran yang lebih luas dari Inggris dan merasa mampu untuk menguasai Indonesia kembali. Di lain pihak, pemerintah yang baru terbentuk di bawah Presiden Soekarno belum mampu sepenuhnya mengkonsolidasikan kelompok-kelompok perlawanan (terutama pemuda) di seluruh wilayah Indonesia yang sangat luas. Para gubernur yang sudah ditunjuk belum bekerja secara efektif.

Sementara para nasionalis (terutama pemuda) boleh jadi terbagi dua di satu pihak memang misinya untuk mempertahankan kemerdekaan dan pihak yang lain bermotif untuk (balas dendam) yang lalu diikuti dengan menjarah di dalam situasi yang memang belum sepenuhnya terkendali. Di lihat dari sudut prakteknya, kerusuhan di Depok misi mulia (bagi sekolompok) ternodai karena ulah sekolompok yang lain yang melakukan tindakan yang tidak bertanggungjawab.   

Proklamasi Perang di Batavia

Dalam perkembangan selanjutnya setelah kejadian kerusuhan di Depok, dilaporkan telah ditangkap enam nasionalis terkemuka di Buitenzorg untuk diinterogasi yang juga dikaitkan dengan kerusuhan di Depok (Telex, 24-10-1945). Sementara itu seorang yang sudah berada dipenjara 10 hari malarikan diri dari penjara Paledang (sehari sebelum pasukan sekutu Inggris tiba) menceritakan apa yang terjadi di dalam penjara dan bagaimana kondisi para tawanan yang baru datang dibawa dari Depok dengan kereta api dan nasib mereka selama di penjara. Orang tersebut mengatakan mereka dipenjara karena alasan keamanan (Friesch dagblad, 24-10-1945).

Saat Jepang takluk dan pasukan sekutu Inggris mendapat mandat untuk membebaskan tahanan Eropa/Belanda dan melucuti tentara Jepang, polisi-polisi pribumi telah memainkan peran pengganti Jepang. Di penjara Paledang sudah terdapat tahanan tawanan perang. Para polisi penjaga ini juga memainkan peran ganda yakni menambah para tahanan baru dengan merazia orang-orang Eropa/Belanda dan menjebloskannya ke penjara yang sama dengan dalih untuk keamanan. Para sandera dari Depok menambah para tahanan di penjara Paledang. Para polisi ini telah melakukan kekerasan terhadap tahanan tawanan perang. Para polisi ini juga telah melakukan pembiaran terhadap amuk massa ketika polisi dan kelompok pemuda membawa sandera dari Depok tidak melakukan perlindungan yang maksimal ketiga para sandera mendapat tengah digiring. Diduga karena tindakan ini, enam polisi dibawa ke Djakarta untuk diinterogasi pasukan Inggris atas tuduhan penganiayaan tawanan perang di penjara, pembiaran ketika melakukan evakuasi sandera dari Depok dan tidak adanya perawatan yang dilakukan bagi yang terluka selama di penjara (Amigoe di Curacao, 25-10-1945).   

Kerusuhan di Depok begitu menarik perhatian Belanda. Mengapa kerusuhan di Depok muncul timbul spekulasi sebagaimana dilaporkan Provinciale Drentsche en Asser courant, 27-10-1945 dikaitkan dengan seratus lima puluh tahun lalu tentang awalnya Land Depok oleh Cornelis Chastelein yang kemudian mewariskan lahan Depok kepada para budaknya setelah beralih ke agama Kristen. Dalam perkembangan lebih lanjut, kehidupan para warga Depok (Depokker), lebih-lebih dengan masuknya zending memunculkan perbedaan standar hidup yang membedakan dengan penduduk sekitar. Kontras standar hidup dan perbedaan agama inilah yang diduga menjadi faktor penting yang menyebabkan munculnya kerusuhan.

Komunitas Kristen lainnya terdapat di Toegoe dekat Tjilintjing. Dalam perkembangan lebih lanjut dalam menanggapi kasus kerusuhan di Depok, warga Toegoe meminta perlindungan ke pasukan Inggris agar mereka secapatnya dievakuasi dari tempat tinggal mereka. Seorang wanita melaporkan penduduk yang beragama Islam di sekitar terkesan semakin mengganggu. Disepakati bahwa Belanda akan memberikan truk yang diperlukan. Warga Toegoe ini kemudian dievakuasi ke Batavia di Pedjambon  (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-01-1946).

Namun argumen ini belum tentu sepenuhnya benar. Sebab sebelum terjadinya kerusuhan di Depok, ekskalasi politik antara Pemerintah Indonesia dan nasionalis Indonesia di satu pihak dengan pasukan sekutu Inggris dan NICA di pihak lain sudah meningkat tajam.

Dalam permulaan perang ini terindikasi hanya satu saluran pemberitaan di kalangan nasionalis Indonesia yakni Radio Indonesia Bandoeng.-satuDe patriot, 18-10-1945

Sebagai respon terhadap pasukan sekutu Inggris dan NICA yang tidak peduli terhadap Proklamasi Kmerdekaan Indonesia, lalu Tentara Rakjat Indonesia mengumumkan Proklamasi Perang pada tanggal 13 Oktober 1945 dan yang juga hal yang sama dilakukan Oemat Islam sebagaimana dilaporkan Keesings historisch archief: 14-10-1945.

Keesings historisch archief: 14-10-1945: ‘Pada tanggal 13 Oktober diundangkan yang disebut Tentara Rakyat Indonesia mengeluarkan proklamasi yang menyatakan perang terhadap Belanda, Indo, dan yang berafiliasi. Proklamasi merekomendasikan Indonesia untuk memulai perang gerilya, mengatakan: ‘Ketika matahari terbenam kita, masyarakat Indonesia, berperang dengan Belanda. Dalam pernyataan ini kami sarankan semua orang Indonesia untuk mencari musuh - Belanda, Indo-Eropa atau yang berafiliasi. Senjata militer adalah semua jenis senjata api, juga racun, panah beracun, pembakaran, dan semua spesies hewan liar - seperti ular. Perang gerilya akan disandingkan dengan perang ekonomi: tidak akan diizinkan untuk menjual makanan kepada musuh. Pasar harus dimonitor dan yang menjual makanan kepada musuh-musuh kita, akan dihukum berat. Juga dilaporkan bahwa Oemat Islam, yang berarti semua pengikut Muhammad, juga telah membuat deklarasi perang. Semua ulama Islamn di Batavia untuk mengadakan pertemuan doa bagi semua Muslim di Batavia dan sekitarnya telah diadakan, sebagai awal dari sebuah perang suci melawan ‘orang kafir’ Belanda. Selanjutnya, semua ulama dari Islam diminta untuk menyampaikan kepada umatnya untuk menaikkan bendera merah-putih setengah tiang dan juga semua lalu lintas, termasuk trem, sepeda, taksi dan kereta kuda dihentikan sepenuhnya’. Soekarno dalam menanggapi proklamasi perang (dari pemuda dan Islam) ini tidak setuju (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant, 17-10-1945).

Kerusuhan di Depok yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 1945 seakan telah dimulai lebih awal dan mendahului Proklamasi Perang yang diundangkan pada tanggal 13 Oktober 1945 di Batavia. Perbedaan waktu antara kerusuhan di Depok (11 Oktober) dan maklumat perang di Batavia (13 Oktober) hanya dua hari, sementara dari sisi jarak antara Depok dan Batavia hanya 20 Km. Secara relatif, waktu dan tempat sangat berdekatan. Ini suatu indikasi bahwa kerusuhan di Depok tidak dipandang sebagai kerusuhan yang bersifat lokal, melainkan lebih mencerminkan perang nasional (memiliki keterkaitan dengan Batavia) itu sendiri yang kebetulan TKP-nya dimulai di Depok.

Permulaan perang juga telah direspon pasukan sekutu Inggris. Ini terkesan dari  proklamasi yang dimaklumatkan Mayor Jenderal D. C. Hawthorne, komandan pasukan darat sekutu di Jawa (yang juga membawahi di Medan dan Padang) pada tanggal 14 Oktober 1945 menyatakan: ‘bahwa ia mengendalikan hukum dan ketertiban, perusahaan publik, mengambilalih pelayanan kesehatan dan makanan. Proklamasi mengutip fakta-fakta berikut yang akan dihukum oleh pemerintahan militer: sabotase, penjarahan, pemogokan di perusahaan publik, menolak untuk menjual kebutuhan untuk alasan apapun dan membawa senjata oleh orang yang bukan bagian dari pasukan sekutu atau polisi berseragam. Semua pertemuan publik, yang menghasut kerusuhan atau kerumunan, dilarang. Sebagian besar pelayanan publik yang dilakukan oleh Indonesia pada saat ini, bekerja secara independen atau di bawah kepemimpinan Jepang. Proklamasi juga menyatakan bahwa semua layanan harus dilaksanakan sekarang memiliki orang-orang untuk bekerja sampai mereka diambilalih oleh pemerintahan militer. Sampai saat itu akan mengontrol layanan yang dilakukan oleh pemerintahan sipil Jepang (lihat juga Keesings historisch archief: 14-10-1945).

Dengan demikian kerusuhan di Depok meski tampak sebagai yang bersifat lokal, tetapi dengan melihat horizon kejadian di berbagai tempat pada waktu yang berdekatan, kerusuhan di Depok adalah bagian dari perang kemerdekaan itu sendiri di area antara Batavia dan Buitenzorg. Berikut adalah tanggal-tanggal kejadian yang berdekatan (sejak pasukan sekutu Inggris merapat di pelabuhan Tandjong Priok tanggal 29 September 1945):

·       11 Oktober 1945: Kerusuhan di Depok yang didahului informasi pembicaraan di Singapoera tidak menguntungkan karena pasukan sekutu Inggris di Indonesia ternyata ingin masuk lebih jauh (ke pedalaman) untuk mendukung Kerajaan Belanda.
·   13 Oktober 1945: Kabinet Indonesia pertama terbentuk dengan Menteri Penerangan Amir Sjarifoeddin. Proklamasi perang dari (pemerintah) Indonesia (yang juga diikuti oemat Islam). Pasukan sekutu Inggris mendarat di Medan dan di Padang.
·        14 Oktober 1945: Komandan pasukan sekutu di Jawa mengumumkan proklamsi perang.
·        15 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris menduduki Buitenzorg.
·       16 Oktober 1945: Pasukan Belanda/NICA mengambil kendali lapangan terbang Tjililitan.
·       17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan nasionalis di sekitar lapangan terbang Tjililitan.
·        18 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris memasuki Bandoeng.
·        20 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris mendarat di Semarang.
·        25 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris mendarat di Soerabaja.

Pendudukan Depok oleh Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar: