Sabtu, 23 Desember 2017

Sejarah Makassar (6): Gemeente Makassar, Gemeenteraad dan Burgemeester; Dari JE Dambrink (1918) Hingga HF Brune (1942)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini


Kota (Gemeente) Makassar dibentuk pertama kali pada tahun 1906 berdasarkan Staatsblad tahun 1906 Nomor 171. Jumlah anggota dewan kota (gemeenteraad) sebanyak 17 orang. Namun demikian yang memimpin Gemeente Makassar bukan Wali Kota (Burgemeester) melainkan tetap dijabat oleh Asisten Residen.

Gemeentehuis te Makassar (1906)
Pembentukan Gemeente (Kota) Makassar merupakan bagian dari proses desentralisasi berdasarkan Staatsblad tahun 1903 Nomor 329. Kota yang pertama dibentuk adalah Batavia tahun 1903. Kemudian dibentuk Kota Soerabaja pada tahun 1905 bersama dengan dua kota lainnya Buitenzorg dan Chirebon. Pada tahun 1906 bersamaan dengan pembentukan Gemeente Makassar dibentuk gemeente Bandoeng, Samarang, Cheribon, Tegal, Pekalongan, Magelang, dan Palembang (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 03-03-1906). Kota Medan dibentuk pada tahun 1909,

Pada tahun ditetapkannya kota sebagai gemeente, dibentuk dewan kota (Gemeenteraad). Anggota dewan kota dipilih/diangkat dan langsung bekerja. Yang menjadi ketua dewan kota adalah Asisten/Residen.

Burgemeester

Usulan Burgemeester di Gemeente baru muncul pada akhir tahun 1915. Wali Kota Gemeente Makassar baru diangkat secara definitif pada tahun 1918 (bersamaan dengan Kota Medan). Wali Kota pertama di Makassar adalah JE Dambrink.  

Tiga kota yang pertama diangkat Burgemeester adalah Batavia, Semarang dan Soerabaja. Tiga wali kota pertama Indonesia (baca: Nederlandsch Indie) tersebut yakni sebagai walikota Batavia Mr. Bisschop, untuk Semarang D. de Jong dan untuk Soerabaja Mr.A. Medjroos (De Sumatra post, 20-07-1916). Kota Bandung memiliki wali kota definitif pada tahun 1817.

Daftar Wali Kota (Burgemeester) Gemeente Makassar, 1918-1942
Burgemeester JE Dambrink cukup lama menjabat, mulai dari tahun 1918 hingga tahun 1927. JE Dambrink berhenti karena alasan sakit (Bataviaasch nieuwsblad, 20-04-1927). Pengganti JE Dambrink adalah JH de Groot. Nama-nama wali kota Makassar hingga berakhirnya era kolonial Belanda adalah GHJ Berekenkamp, FC van Lier, Ch H ter Laag, J Leewis dan HF Brune. Wali Kota Ir. FC van Lier yang baru menjabat tahun 1932 meninggal dunia pada tahun 1933 (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 28-01-1933).

Loco-Burgemeester

Pada tahun 1921 jumlah gemeente di Nederlandsch Indie sebanyak 31 kota. Namun tidak semua burgemeester didampingi oleh wakil wali kota (Loco-Burgemeester). Semakin besar sebuah kota (Gemeente), wali kota didampingi oleh wakil wali kota. Kota-kota yang lebih kecil hanya dipimpin oleh seorang burgermeester saja. Kota Makassar salah satu gemeente yang memiliki Loco-Burgemeester. Penetapan Makassar memiliki wakil wali kota terjadi pada tahun 1921. Loco-Burgemeester Makassar yang pertama adalah Mr. Rutgers yang saat pengangkatan adalah anggota dewan (gemeenteraad) Makassar (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 20-07-1921).

Anggota dewan kota (gemeenteraad), seperti halnya di gemeenteraad Kota Medan, dari kalangan pribumi yang dipilih secara demokratis (pemilu) baru terjadi pada tahun 1918. Tidak semua warga memiliki hak memilih, hanya penduduk pribumi yang memiliki golongan pendapatan tertentu. Anggota dewan kota Medan pertama yang terpilih berdasarkan pemilu (1918) adalah Kajamoeddin Harahap gelar Radja Goenoeng, seorang penilik sekolah di Kota Medan kelahiran Kota Padang Sidempoean.

Hampir semua kota (gemeente) yang memiliki Loco-Burgemeester dijabat oleh orang Eropa/Belanda. Hanya ada dua kota yang memiliki Loco-Burgemeester dari kalangan pribumi, yakni Kota Batavia dan Kota Padang. Loco-Burgemeester Kota Batavia (1930-1934) adalah M Husni Thamrin, sedangkan Loco-Burgemeester Kota Padang sejak 1931 hingga berakhirnya era kolonial Belanda adalah Dr. Abdul Hakim Nasution.

Dr. Abdul Hakim Nasution adalah alumni Docter Djawa School di Batavia tahun 1905. Sebelum melanjutkan kuliah di Docter Djawa School, Abdul Hakim menyelesaikan pendidikan ELS di Kota Padang Sidempoean pada tahun 1898. Teman satu angkatannya ketika kuliah di Docter Djawa School adalah Abdul Karim Lubis.  Setelah lulus kuliah Dr. Abdul Hakim Nasution ditempatkan di Padang dan Dr. Abdul Karim Lubis di Fort van der Capellen (kini Batusangkar). Dr. Abdul Hakim dan Dr. Abdul Karim van Padang Sidempoean teman satu kelas Dr. Tjipto Mangoenkosoemo di Docter Djawa School.

Sebaran Dewan di Hindia Belanda

Sampai tahun 1921 di seluruh Hindia Belanda hanya terdapat 53 dewan, termasuk gemeenteraad Soerabaja. Uniknya, hanya satu dewan yang berada di level onder-afdeeling (kecamatan), yakni Angkola en Sipirok (kini Padang Sidempuan). Sementara di level afdeeling juga hanya terdapat satu yakni di Minahasa (lihat Tabel-1). Selebihnya terbagi ke dalam sejumlah kota (gemeente) dan sejumlah kabupaten (afdeeling atau regentschap).

Tabel-1. Jumlah anggota dewan pribumi/timur asing (non-Eropa)
di Hindia Belanda
No
Nama Daerah
Bentuk administrasi
Jumlah anggota dewan pribumi
(non-Eropa)

Angkola en Sipirok
( afd. Padang Sidempoean)
Onder-afdeeling
23

Bandjermasin
Gemeente
12

Bandoeng
Gemeente
13

Bantam (Banten)
Gewest
12

Banjoemas
Gewest
13

Basoeki
Gewest
15

Batavia
Gemeente
17

Batavia
Gewest
22

Bindjei
Gemeente
6

Blitar
Gemeente
9

Buitenzorg (Bogor)
Gemeente
14

Cheribon (Cirebon)
Gemeente
7

Cheribon (Cirebon)
Gewest
16

Fort de Kock (Bukittinggi)
Gemeente
7

Kediri
Gemeente
9

Kediri
Gewest
19

Kedoe
Gewest
26

Komering Ilir
Gewest
17

Lematang Ilir
Gewest
17

Madioen
Gemeente
11

Madioen
Gewest
13

Madura
Gewest
12

Magelang
Gemeente
11

Makasser
Gemeente
12

Malang
Gemeente
12

Medan
Gemeente
10

Menado
Gemeente
9

Minahasa
Afdeeling
37

Mr. Cornelis (Jatinegara)
Gemeente
12

Modjokerto
Gemeente
8

Ogan Ilir
Gewest
23

Oostkust Sumatra
(Sumtra Timur)
Gewest
21

Padang
Gemeente
15

Padang Pandjang
Gewest
20

Palembang
Gemeente
12

Pasoeroean
Gemeente
9

Pasoeroean
Gewest
25

Pekalongan
Gemeente
12

Pekalongan
Gewest
11

Pematang Siantar
Gemeente
8

Preanger Regentschappen
Gewest
28

Probolinggo
Gemeente
12

Rembang
Gewest
16

Salatiga
Gemeente
8

Sawah Loento
Gemeente
5

Semarang
Gemeente
16

Semarang
Gewest
27

Soekaboemi
Gemeente
10

Soerabaja
Gemeente
19

Soerabaja
Gewest
24

Tandjong Balei
Gemeente
6

Tebing Tinggi
Gemeente
9

Tegal
Gemeente
10
Total
767
Catatan:
-Koefisien Pemilu adalah 50
-Gemeente=kota
-Gewest=Terdiri dari beberapa afdeeling
-Afdeeling=Terdiri dari beberapa onder-afdeeling
Sumber: De Preanger-bode, 01-02-1921

Uniknya lagi, di Residentie Tapanoeli dewan hanya terdapat di onder-afdeeling Angkola en Sipirok. Jumlah kursi di dewan di onder-afdeeling Angkola en Sipirok sebanyak 23 kursi. Sementara di Province Sumatra’s Oostkust (Sumatra Timur) terdapat dewan di lima kota (gemeente): Kota Medan (10 kursi), Kota Tandjong Balai (6 kursi), Kota Pematang Siantar (8 kursi), Kota Bindjei (6 kursi), Kota Tebingtinggi (9 kursi). Selain itu masih terdapat satu kabupaten (geweest) yang memiliki dewan dengan jumlah kursi untuk pribumi/timur asing sebanyak 21 orang (lebih sedikit dibandingkan dengan onder-afdeeling Angkola en Sipirok).


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar