Kamis, 19 April 2018

Sejarah Kota Depok (46): Budak Beruntung Menjadi 'Belanda Depok'; Apakah Cornelis Chastelein Perintis Larangan Perbudakan?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini

Cornelis Chastelein, boleh jadi merupakan seorang pelopor pembebasan perbudakan di Oost Indie (baca: Indonesia). Itu bermula ketika Cornelis Chastelein mewariskan harta miliknya kepada para tenaga kerjanya pada tahun 1714. Para tenaga kerja Cornelis Chastelein pada awalnya diperoleh dengan status budak. Peristiwa ini sekitar satu setengah abad mendahului sebelum pemerintah Hindia Belanda (baca: Nederlandsch Indie) menghapuskan perbudakan dengan ditetapkannya di dalam undang-undang tahun 1860.

Dirk van Hogendorp (lukisan 1813)
Larangan perbudakan di wilayah jajahan Inggris sendiri sudah diberlakukan pada tahun 1843. Boleh jadi pemberlakukan larangan perbudakan di wilayah jajahan Inggris telah memacu lebih cepat diberlakukannya larangan perbudakan di wilayah jajahan Belanda tahun 1860. Penetapan larangan ini dalam undang-undang baru terjadi setelah melalui proses yang alot antar berbagai pihak di Hindia Belanda. Meski larangan perbudakan sudah dimaklumkan tetapi dalam kenyataannya praktek perbudakan masih ada.

Apakah Cornelis Chastelein telah menyadari arti penting pembebasan budak? Hal yang sama, apakah Pemerintah Hindia Belanda telah menyadari arti penting larangan perbudakan? Lantas mengapa praktek perbudakan masih ada meski undang-undang larangan perbudakan telah dirilis? Yang jelas, saat hiruk-pikuk soal pro atau anti perbudakan di Hindia Belanda, di Depok sudah sejak lama tidak ditemukan praktek perbudakan. Apakah Cornelis Chastelein telah menjadi perintis pembebasan budak di Indonesia? Mari kita telusuri.

Dirk van Hodendorp: Inspirasi dari Ayah

Tunggu deskripsi lengkapnya

Edward Douwes Dekker (Multatuli) Meneruskan Perjuangan Dirk van Hodendorp

Tunggu deskripsi lengkapnya

Larangan Perbudakan oleh Pemerintah: Pengusaha vs Akademisi

Tunggu deskripsi lengkapnya

Depokker: Terjepit Diantara Belanda dan Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar