Kamis, 12 April 2018

Sejarah Bogor (25): Sejarah Awal Sekolah Kedokteran Hewan Bogor; Dr. Sorip Tagor, Pribumi Pertama Bergelar Dokter Hewan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disin

VEEARTSEN SCHOOL. Sekolah kedokteran hewan bermula di Buitenzorg (baca: Bogor). Ini dipicu karena kurangnya dokter hewan lulusan Belanda yang bekerja di Nederlandsch Indie (baca: Indonesia). Untuk membantu dokter-dokter Belanda diperlukan dokter-dokter pribumi dengan melatih sejumlah siswa dalam bentuk kursus (magang) tiga tahun. Dalam perkembangannya, untuk menghasilkan dokter hewan pribumi secara berkesinambungan lalu di Buitenzorg didirikan Sekolah Kedokteran Hewan (Inlandsche Veeartsen School). Tahun pertama perkuliahan sekolah kedokteran hewan di Buitenzorg dibuka tahun 1907 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 30-06-1928).

Nederlands-Indische veeartsenschool, Buitenzorg (1930)
Pada tahun 1907 Landbouwschool (Sekolah Pertanian) diberitakan meluluskan siswa diploma tiga tahun dan diploma dua tahun (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 03-06-1907). Dalam berita ini juga diberitakan siswa yang naik dari tahun pertama ke tahun kedua, diantaranya Raden Mas Ario Moebamad dan JA Kaligis. Sekolah pertanian (landbouwschool) ini didirikan tahun 1903 di Buitenzorg. Pada masa ini, bagi sivitas akdemika IPB Bogor, Landbouwschool dan Veeartsen School adalah dua sekolah yang menjadi cikal bakal Institut Pertanian Bogor (IPB). Foto Veeartsen School yang tampak disamping ini masik terlihat jelas pada masa ini sebagai gedung FKH-IPB di Taman Kencana Bogor.   

Pada tahun 1908 surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-09-1908 memberitakan Inlandsche Veeartsen School di Buitenzorg kenaikan kelas (promosi), siswa dari tahun pertama ke tahun kedua. Dari lima siswa dari tahun pertama ke tahun kedua lulus empat siswa yakni: Raden Notosoediro, Raden Mas Nataningrat, Sorip Tagor dan Raden Soetedja (Raden Moehamad Isak Winala Prawira dinyatakan tidak lulus). Juga dalam berita ini disebutkan dua siswa dari tahun kedua naik ke tahun ketiga (hanya dua siswa), yakni Raden Mas Ario Moebamad dan JA Kaligis.